KONSTIPASI
By : Kelompok 5
1. Chintia Komalasari 5. Nurul Aulia Tammah
2. Firna Ayu Udianti 6. Safitri Pujayanti V
3. Iqbal Maulana Putra 7. Siti Nurfadhilah
4. Maryani
(2 REGULER B)
DII KEPERAWATAN
APA ITU KONSTIPASI ???
A. DEFINISI
Konstipasi, atau yang sering disebut dengan sembelit,
adalah suatu gejala, bukan penyakit, dimana feses susah keluar melalui proses
defekasi (buang air besar) yang disebabkan pergerakan feses di dalam usus
besar melambat sehingga menghasilkan feses yang kering dan keras.
Definisi lain tentang konstipasi yaitu feses yang kecil, kering dan keras yang
tidak teratur dikeluarkan secara tidak teratur dan sering disertai dengan rasa
tidak nyaman dan sakit (Klurfeld 2005). Buang air besar yang teratur adalah
beragam antar individu, yaitu pada kisaran tiga kali sehari hingga satu kali
dalam 3 hari atau lebih. Berat normal feses adalah 100 hingga 200 g, dan waktu
transit dari mulut hingga anus beragam dari 18 sampai dengan 72 jam, dengan rentang
waktu yang normal yaitu 18 hingga 48 jam. Konstipasi adalah persepsi gangguan buang
air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak
puas/lampiasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, perlu ekstra mengejan
atau feses yang keras. Disepakati bahwa buang air besar yang normal
frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari sekali. Dalam praktek
sehari-hari dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3 kali
seminggu atau 3 hari tidak buang air besar atau buang air besar diperlukan
mengejan secara berlebihan (Djojoningrat, 2009)
B. PENYEBAB
Konstipasi atau sembelit adalah keluhan pada sistem pencernaan yang
paling umum dan banyak ditemui di masyarakat luas termasuk di sekitar kita.
Faktor-faktor penyebab konstipasi:
1. Gangguan fungsi
yang meliputi: kelemahan
otot abdomen, pengingkaran kebiasaan/
mengabaikan keinginan untuk
defekasi, ketidakadekuatan defekasi
(misalnya: tanpa waktu,
posisi saat defekasi,
dan privasi), kurangnya
aktivitas fisik, kebiasaan
defekasi tidak teratur,
dan perubahan lingkungan
yang baru terjadi.
2. Psikologis/ psikogenik
yang meliputi: depresi,
stres emosional, dan
konfusi mental.
3. Farmakologis: penggunaan
antasida (kalsium dan
aluminium), antidepresan, antikolinergik, antipsikotik, antihipertensi,
barium sulfat, suplemen zat besi, dan penyalahgunaan laksatif.
4. Mekanis: Ketidakseimbangan elektrolit,
hemoroid, megakolon (penyakit
Hirschprung), gangguan neurologis, obesitas, obstruksi pascaoperasi,
kehamilan, pembesaran prostat, abses rektal atau ulkus, fisura anal rektal,
striktur anal rektal, prolaps rektal,
rektokel, dan tumor.
5. Fisiologis:
perubahan pola makan
dan makanan yang
biasa dikonsumsi, penurunan motilitas saluran
gastrointestinal, dehidrasi, insufisiensi asupan serat, insufisiensi asupan
cairan, pola makan
buruk.
C. GEJALA DAN TANDA
Menurut Akmal, dkk (2010), ada beberapa tanda dan
gejala yang umum ditemukan pada sebagian besar atau terkadang beberapa
penderita sembelit sebagai berikut:
1. Perut terasa begah, penuh dan kaku;
2. Tubuh tidak fit, terasa tidak nyaman, lesu, cepat
lelah sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan terkadang sering mengantuk;
3. Sering berdebar-debar sehingga memicu untuk cepat
emosi, mengakibatkan stress, rentan sakit kepala bahkan demam
4. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi
kurang percaya diri, tidak bersemangat, tubuh terasa terbebani, memicu
penurunan kualitas, dan produktivitas kerja;
5. Feses lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, dan
lebih sedikit daripada biasanya;
6. Feses sulit dikeluarkan atau dibuang ketika air
besar, pada saat bersamaan tubuh berkeringat dingin, dan terkadang harus
mengejan atupun menekannekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan
dan membuang feses ( bahkan sampai mengalami ambeien/wasir );
7. Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong,
dan bagai terganjal sesuatu disertai rasa sakit akibat bergesekan dengan feses
yang kering dan keras atau karena mengalami wasir sehingga pada saat duduk
tersa tidak nyaman
8. Lebih sering
bung angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya;
9. Usus kurang elastis ( biasanya karena mengalami
kehamilan atau usia lanjut), ada bunyi saat air diserap usus, terasa seperti
ada yang mengganjal, dan gerakannya lebih lambat dari pada biasanya;
10. Terjadi penurunan frekuensi buang air besar;
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi
konstipasi masih belum
dipahami. Konstipasi diyakini
berhubungan dengan pengaruh
dari sepertiga fungsi
utama kolon yaitu:
transpor mukosa (sekresi
mukosa memudahkan gerakan isi kolon), aktivitas mioelektrik (pencampuran
massa rektal), atau proses
defekasi. Dorongan defekasi
secara normal dirangsang
oleh distensi rektal melalui
empat tahap: rangsangan refleks penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter
internal, relaksasi sfingter
eksternal dan otot
dalam region pelvik,
dan peningkatan tekanan
intra-abdomen. Gangguan salah satu dari empat proses ini dapat menimbulkan
konstipasi (Smeltzer & Bare, 2008).
Membran mukosa rektal dan muskulatur menjadi tidak
peka terhadap adanya massa fekal
apabila dorongan untuk
defekasi diabaikan. Hal
ini mengakibatkan perlunya
rangsangan yang lebih
kuat untuk menghasilkan
dorongan peristaltik tertentu
agar terjadi defekasi. Efek awal
retensi fekal adalah untuk menimbulkan kepekaan kolon di mana
pada tahap ini
sering mengalami spasme,
khususnya pada saat
makan. Kondisi ini
dapat menimbulkan nyeri
kolik midabdominal atau
abdomen bawah. Setelah
proses ini berlangsung
sampai beberapa tahun,
kolon kehilangan tonus
dan menjadi sangat
responsif terhadap rangsang
normal sehingga terjadi
konstipasi. Atoni usus
juga terjadi pada
proses penuaan yang
dapat diakibatkan oleh
penggunaan laksatif yang berlebihan (Smeltzer & Bare, 2008).
Ada tiga mekanisme yang berperan pada konstipasi
idiopatik. Mekanisme itu terdiri dari peningkatan absorbsi cairan di kolon
dengan transit normal, melambatnya transit dengan absorbsi
normal, dan gangguan
defekasi di mana
pergerakan kolon tidak
fungsional. Aktivitas motorik
yang meningkat, menurun,
dan normal ditemukan
pada konstipasi. Gerakan maju mundur yang meningkatkan waktu kontak dari
chymeatau isi lumen
dengan mukosa dapat
terjadi, jika kontraksi
meningkat dalam amplitudo dan frekuensi yang tidak
terkoordinasi. Perpanjangan waktu
kontak meningkatkan pengeringan
feses, sehingga feses
sulit didorong. Feses yang kering
dapat mengakibatkan segmentasi dengan gerakan yang melambat. Hal
ini membuat transit
ampas metabolisme melambat
dan akhirnya terjadi konstipasi.
E. Pemeriksaan
Diagnostik
Anamnesis :
Anamnesis :
1.
Riwayat BAB ( frekuensi, ukuran, konsistensi feses, kesulitan saat bab, bab
berdarah, nyeri saat bab)
2.
Riwayat makanan
3.
Masalah psikologi
4.
Dan gejala lain seperti nyeri abdomen.
Pemeriksaan
fisik :
1. Dapat
teraba massa feses pada abdomen kiri
2. Pada
pemeriksaan anorektal ditentukan lokasi anus
3. Adanya
prolapse
4.
Peradangan perianal, fissura, dan tonus dari saluran anus
Pemeriksaan penunjang :
1. Radiografi sederhana dari abdomen
2. Barium enema
3. Manometri anorectal
4. Waktu transit usus, dan
5. Biopsi rectum
Bila konstipasi tidak segera diatasi biasanya akan menimbulkan komplikasi seperti hemorrhoid (wasir), yang disebabkan karena pemaksaan untuk buang air besar, atau robeknya kulit di sekitar anus, terjadi ketika feses yang keras melonggarkan otot sphincter.
Lebih jauh lagi, bila seseorang menderita konstipasi dalam jangka waktu yang lama maka akan beresiko untuk menderita divertikulosis, penyakit yang ditandai dengan terbentuknya divertikula (kantong) pada usus besar dan biasanya juga disebabkan karena peningkatan tekanan intrakolon. Divertikulosis yang parah akan berlanjut menjadi divertikulitis yakni peradangan pada divertikula-divertikula.
G. PERAWATAN
Penanganan konstipasi harus sesuai dengan penyebab, tingkat keparahan dan lamanya konstipasi terjadi. Walaupun begitu, perawatan dengan cara mengubah pola konsumsi dan gaya hidup adalah cara yang efektif untuk mengatasi masalah ini karena sebagian besar penyebab konstipasi terletak pada gaya hidup dan pola konsumsi yang tidak sehat. Berikut adalah detail bagaimana cara penanganan dengan kedua cara tersebut dan juga tentang obat-obatan yang beredar untuk mengobati konstipasi.
DIET
Diet dengan kadar serat sekitar 20 hingga 35 gram sehari dapat membantu melunakkan feses. Diet tinggi serat yang dimaksud adalah serat yang bersumber dari makanan termasuk kacang-kacangan, gandum, serealia, buah segar dan sayur-sayuran seperti , wortel , kubis dan lain sebagainya. Bagi seseorang yang mudah konstipasi sebaiknya membatasi makanan yang mengandung sedikit atau tidak sama sekali serat seperti es krim, keju, daging, dan makanan olahan instant.
Beberapa kebiasaan berikut ini dapat meningkatkan konsumsi serat untuk kebutuhan tubuh kita seperti: Membiasakan makan buah seperti apel, jambu biji dengan kulitnya, karena kandungan serat banyak terkandung pada kulit buah tersebut. Memilih buah dan sayur-sayuran yang tidak terlalu matang dan segar. Memilih sarapan pagi yang mengandung banyak serat, seperti roti dengan biji-bijian dengan jus buah atau sayur. Memilih camilan yang mengandung banyak serat seperti agar-agar (rumput laut), biskuit yang mengandung banyak serat atau minuman sereal. Jadi, bila Anda sudah dapat memenuhi kebutuhan serat dengan mengkonsumsi sayur-sayuran dan buahan seperti di atas, suplemen serat tidak perlu dikonsumsi.
Oleh karena itu, perlu membiasakan untuk mengonsumsi pola makan seimbang, dengan banyak makan sayur dan buah-buahan yang kaya serat, disertai minum air “putih” minimal 8 gelas/hari sehingga kebutuhan serat dan cairan dapat terpenuhi serta kesehatan selalu terjaga.
PERUBAHAN GAYA HIDUP
Perubahan lain yang dapat membantu menangani dan mencegah terjadinya konstipasi adalah dengan mengonsumsi air “putih” dan cairan lainnya seperti yang berasal dari jus buah-buahan dan sayur-sayuran serta sup-sup agar tidak mengalami dehidrasi. Selain itu, membiasakan latihan fisik harian dan mempunyai waktu yang cukup untuk buang air besar tanpa adanya rasa khawatir. Sebagai tambahan, keinginan untuk buang air besar tidak boleh ditunda-tunda.
OBAT PENCAHAR
Bagi penderita konstipasi ringan, penggunaan obat pencahar merupakan langkah terakhir yang sebaiknya digunakan. Walaupun begitu, jika konstipasi terus berlanjut walau sudah menerapkan perubahan diet dan gaya hidup kea rah yang sehat, biasanya dokter akan memberikan solusi melalui obat pencahar untuk waktu yang singkat. Penanganan ini akan memudahkan defekasi yang sulit.
Bentuk obat pencahar bagi masing-masing orang berbeda. Oleh sebab itu perlulah berkonsultasi pada dokter mengenai bentuk dan jenis obat pencahar yang tepat dengan keadaan dan kondisi penderita. Obat pencahar yang sekarang beredar adalah dalam bentuk cair, tablet, permen karet, dan butiran. Berikut adalah jenis-jenis obat pencahar yang beredar, yaitu:
- Obat pencahar pembentuk Bulk (Bulking Agents) –Jenis ini dianggap sebagai obat pencahar yang paling aman, tetapi mengganggu penyerapan obat-obatan. Obat pencahar atau yang lebih dikenal dengan suplemen serat, diminum dengan air yang nantinya akan diserap oleh serat dan serat akan membuat feses semakin lunak. Merek yang beredar dari jenis obat pencahar ini adalah Metamucil, Fiberall, Citrucel, Konsyl, dan Serutan. Obat-obat ini harus diminum bersama dengan air, jika tidak maka akan menyebabkan gangguan.
- Stimulants – menyebabkan kontraksi otot pada kolon. Obat pencahar pada jenis ini yaitu Correctol, Dulcolax, Purge, dan Senokot. Berdasarkan penelitian-penelitian, dibuktikan bahwa phenolphthalein, komposisi yang pada beberapa obat pencahar stimulant, dapat meningkatkan resiko seseorang terhadap kanker. Oleh sebab itu, sebagian besar produsen obat pencahar ini mensubstitusi phenolphthalein dengan komposisi yang lebih aman.
- Osmotik – menyebabkan cairan melewati cara tertentu pada kolon, yang menyebabkan pergerakan feses. Jenis obat pencahar ini biasa digunakan oleh penderita konstipasi idiopatik. Merek pada jenis obat pencahar ini adalah Cephulac, Sorbitol, and Miralax. Pada penderita diabetes yang menggunakan obat ini keseimbangan elektrolitnya sebaiknya diperhatikan.
- Pelembut feses – bekerja dengan car melembutkan feses dan mencegah terjadinya dehidrasi. Jenis obat pencahar ini biasanya digunakan oleh seseorang yang baru saja melahirkan atau operaso. Merek obat pencahar pada jenis ini adalah Colace and Surfak. Produk-produk ini biasanya digunakan untuk orang-orang yang harus menghindari pemaksaan keluarnya feses pada saat buang air besar. Penggunaan jangka panjang obat pencahar jenis ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit.
- Lubrikan – melunakkan feses, menyebabkan feses dapat bergerak dalam kolon lebih mudah. Minyak mineral adalah contoh yang sering digunakan. Merek pada obat pencahar ini adalah Fleet and Zymenol. Jenis obat ini menstimulasi defekasi dalam waktu 8 jam.
- Obat pencahar berbentuk larutan garam – bertindak seperti spons untuk menyerap air ke kolon sehingga feses mudah melewati kolon. Merek pada obat pencahar jenis ini adalah Milk of Magnesia and Haley’s M-O.
- Chloride channel activators – meningkatkan cairan intestinal dan membantu feses melewati kolon, sehingga mengurangi gejala konstipasi. Salah satu agen pada jenis obat pencahar ini yang merangsang defekasi adalah Amitiza.
berikut kami sertakan link video mengenai konstipasi : https://youtu.be/h8mH59SUBHo
DAFTAR PUSTAKA :
Smeltzer & Bare. (2001). “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2”. Jakarta : EGC
Tampubolon, Lindawati Farida. 2008. “Bab II Tinjauan Pustaka”. https://anzdoc.com/bab-ii-tinjauan-pustaka .
Komentar
Posting Komentar